4 Sifat Nabi Muhammad SAW |
لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِى رَسُولِ ٱللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌۭ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا۟ ٱللَّهَ وَٱلْيَوْمَ ٱلْءَاخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرًۭا
“Sesungguhnya telah ada pada diri
Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu yaitu bagi orang yang mengharap
rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” [Al
Ahzab 21]
Nabi Muhammad memiliki akhlaq dan sifat-sifat
yang sangat mulia. Oleh karena itu hendaklah kita mempelajari sifat-sifat Nabi
seperti Shiddiq, Amanah, Fathonah, dan Tabligh. Mudah-mudahan dengan
memahami sifat-sifat itu, selain kita bisa terhindar dari mengikuti orang-orang
yang mengaku sebagai Nabi, kita juga bisa meniru sifat-sifat Nabi sehingga kita
juga jadi orang yang mulia.
Shiddiq
Shiddiq artinya benar. Bukan hanya perkataannya yang
benar, tapi juga perbuatannya juga benar. Sejalan dengan ucapannya. Beda sekali
dengan pemimpin sekarang yang kebanyakan hanya kata-katanya yang manis, namun
perbuatannya berbeda dengan ucapannya.
Mustahil Nabi itu bersifat pembohong/kizzib,
dusta, dan sebagainya.
وَمَا يَنطِقُ عَنِ ٱلْهَوَىٰٓ
Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur’an) menurut kemauan hawa nafsunya.إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْىٌۭ يُوحَىٰ
Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang
diwahyukan kepadanya” [An Najm 4-5]
Amanah
Amanah artinya benar-benar bisa dipercaya. Jika
satu urusan diserahkan kepadanya, niscaya orang percaya bahwa urusan itu akan
dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itulah Nabi Muhammad SAW
dijuluki oleh penduduk Mekkah dengan gelar “Al Amin” yang artinya terpercaya
jauh sebelum beliau diangkat jadi Nabi. Apa pun yang beliau ucapkan, penduduk
Mekkah mempercayainya karena beliau bukanlah orang yang pembohong.
“Aku menyampaikan amanat-amanat Tuhanku
kepadamu dan aku hanyalah pemberi nasehat yang terpercaya bagimu.” [Al A'raaf
68]
Mustahil Nabi itu khianat terhadap orang yang
memberinya amanah.
Ketika Nabi Muhammad SAW ditawari
kerajaan, harta, wanita oleh kaum Quraisy agar beliau meninggalkan tugas
ilahinya menyiarkan agama Islam, beliau menjawab:
”Demi Allah…wahai paman, seandainya
mereka dapat meletakkan matahari di tangan kanan ku dan bulan di tangan kiri ku
agar aku meninggalkan tugas suci ku, maka aku tidak akan meninggalkannya sampai
Allah memenangkan (Islam) atau aku hancur karena-Nya”……
Meski kaum kafir Quraisy mengancam membunuh Nabi,
namun Nabi tidak gentar dan tetap menjalankan amanah yang dia terima.
Seorang Muslim harusnya bersikap amanah seperti
Nabi.
Tabligh
Tabligh artinya menyampaikan. Segala firman Allah
yang ditujukan oleh manusia, disampaikan oleh Nabi. Tidak ada yang
disembunyikan meski itu menyinggung Nabi.
لِّيَعْلَمَ أَن قَدْ أَبْلَغُوا۟ رِسَٰلَٰتِ رَبِّهِمْ وَأَحَاطَ بِمَا لَدَيْهِمْ وَأَحْصَىٰ كُلَّ شَىْءٍ عَدَدًۢا
“Supaya Dia mengetahui, bahwa sesungguhnya
rasul-rasul itu telah menyampaikan risalah-risalah Tuhannya, sedang
(sebenarnya) ilmu-Nya meliputi apa yang ada pada mereka, dan Dia menghitung
segala sesuatu satu persatu.” [Al Jin 28]
“Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling,
karena telah datang seorang buta kepadanya” ['Abasa 1-2]
karena telah datang seorang buta kepadanya” ['Abasa 1-2]
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa firman
Allah S.80:1 turun berkenaan dengan Ibnu Ummi Maktum yang buta yang datang
kepada Rasulullah saw. sambil berkata: “Berilah petunjuk kepadaku ya
Rasulullah.” Pada waktu itu Rasulullah saw. sedang menghadapi para pembesar
kaum musyrikin Quraisy, sehingga Rasulullah berpaling daripadanya dan tetap
mengahadapi pembesar-pembesar Quraisy. Ummi Maktum berkata: “Apakah yang saya
katakan ini mengganggu tuan?” Rasulullah menjawab: “Tidak.” Ayat ini
(S.80:1-10) turun sebagai teguran atas perbuatan Rasulullah saw.
(Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dan al-Hakim yang bersumber dari ‘Aisyah. Diriwayatkan pula oleh Ibnu Ya’la yang bersumber dari Anas.)
(Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dan al-Hakim yang bersumber dari ‘Aisyah. Diriwayatkan pula oleh Ibnu Ya’la yang bersumber dari Anas.)
Sebetulnya apa yang dilakukan Nabi itu menurut
standar umum adalah hal yang wajar. Saat sedang berbicara di depan umum atau
dengan seseorang, tentu kita tidak suka diinterupsi oleh orang lain. Namun
untuk standar Nabi, itu tidak cukup. Oleh karena itulah Allah menegurnya.
Sebagai seorang yang tabligh, meski ayat itu
menyindirnya, Nabi Muhammad tetap menyampaikannya kepada kita. Itulah sifat
seorang Nabi.
Tidak mungkin Nabi itu Kitman atau menyembunyikan
wahyu.
Fathonah
Artinya Cerdas. Mustahil Nabi itu bodoh atau
jahlun. Dalam menyampaikan 6.236 ayat Al Qur’an kemudian menjelaskannya dalam
puluhan ribu hadits membutuhkan kecerdasan yang luar biasa.
Nabi harus mampu menjelaskan firman-firman Allah
kepada kaumnya sehingga mereka mau masuk ke dalam Islam. Nabi juga harus mampu
berdebat dengan orang-orang kafir dengan cara yang sebaik-baiknya.
Apalagi Nabi mampu mengatur ummatnya sehingga
dari bangsa Arab yang bodoh dan terpecah-belah serta saling perang antar suku,
menjadi satu bangsa yang berbudaya dan berpengetahuan dalam 1 negara yang besar
yang dalam 100 tahun melebihi luas Eropa.
Itu semua membutuhkan kecerdasan yang luar biasa.
Sifat Rasulullah
Ujih Saputra S. Pd.
I
Yayasan Syamsul Ulum Keradenan Cibinong – Bogor
Assalammualaikum Warahmatullahi
Wabarakatuh
Hadirin jamaah masjid At Taqwa yang berbahagia,
didalam kesempatan yang berharga dan di tempat yang mulia ini, marilah terlebih
dahulu kita fokuskan fikir dan zikir kita kehadirat Allah SWT seraya
memanjatkan puja dan puji syukur kehadirat-Nya atas semua nikmat yang telah
dianugerahkan-Nya kepada kita semua. Dengan nikmat-nikmat tersebut kita masih
diberi kesempatan untuk manjalankan aktifitas sebagaimana mestinya baik duniawi
maupun ukhrowi. Shalawat serta salam semoga tersampaikan kepada Nabi akhirul
zaman, insan yang paling mulia akhlaqnya, yaitu Nabi Muhammad SAW, semoga kita
termasuk orang-orang yang akan memperoleh syafaatnya di Yaumulakhir nanti.
Nabi Muhammad merupakan satu sosok figur yang
sangat mempesona, sopan dalam bertutur kata, jujur manakala ia bicara sepanjang
hayatnya, tidak pernah berdusta serta luhur budi pekertinya. Hal inilah yang
membuat kita terkagum-kagum kepada beliau bahkan dari dulu sampai saat ini
semua orang di penjuru dunia mengagumi profil beliau mengingat Nabi Muhammad
SAW memiliki integritas kepribadian yang sangat luar biasa. Beliau mempunyai
perilaku dan akhlak yang sangat mulia terhadap sesama manusia, khususnya
terhadap umatnya tanpa membedakan atau memandang seseorang dari status sosial,
warna kulit, suku bangsa atau golongan. Beliau selalu berbuat baik kepada siapa
saja bahkan kepada orang jahat atau orang yang tidak baik kepadanya. Oleh
karena itu tidak mengherankan jika Allah SWT memberikan predikat dalam Al
Qur’an kepada beliau sebagai “wainnakkka la’alla hukukin aaadzhim” yaitu Nabi
Muhammad adalah manusia yang memiliki akhlak yang paling agung.
Allah SWT berfirman dalam Al Qur’an surat Al
Ahzab ayat 21:
21. Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah
itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)
Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.
Ayat ini menegaskan bahwasanya telah ada pada
diri Rasulullah suatu uswah dan qudwah bagi kita selaku umatnya. Oleh karenanya
marilah kita tata kembali komitmen ketaqwaan kita untuk lebih menghayati dan
mengimplementasikan uswah dan qudwah rasulullah dalam menapaki kehidupan
sehari-hari.
Hal yang paling mendasar yang dapat diteladani
dari Rasulullah SAW itu meliputi 4 sifat yaitu sidik, amanah, tabligh dan
fathonah.
Yang pertama “sidik”, memiliki pengertian bahwa
Rasulullah SAW selalu benar (jujur) dalam ucapannya. Kebenaran ucapan ini
dilakukan bukan hanya setelah beliau diangkat jadi nabi dan rasul, namun jauh
sebelum itu semenjak masa kanak-kanak beliau tidak pernah berbohong sehingga mendapat
gelar AL-AMIN. Segala sesuatu yang diucapkan oleh Rasul tidak pernah punya
tendensi pribadi atau didasari oleh interest pribadi atau emosional pribadi,
tetapi semua yang diucapkan oleh beliau didasari atas panduan wahyu dari Allah
SWT. Hal ini ditegaskan oleh Allah dalam surat An Najm ayat 4-5 bahwa tidak ada
yang diucapkan oleh Muhammad berdasarkan hawa nafsunya, tetapi apa yang
diucapkan semata-ata didasari atas wahyu dari Allah SWT.
4. ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang
diwahyukan (kepadanya).
5. yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang
sangat kuat.
Oleh sebab itu marilah kita selalu umatnya
meneladani sifat sidik beliau.
Yang kedua, ” amanah” (yang dapat dipercaya),
mempunyai pengertian bahwa Nabi Muhammad SAW selalu menjaga amanah yang
diembannya. Tidak pernah menggunakan wewenang dan otoritasnya sebagai nabi dan
rasul atau sebagai pemimpin bangsa Arab untuk kepentingan pribadinya atau
kepentingan keluarganya, namun yang dilakukan beliau semata untuk kepentingan
Islam dan ajaran Allah. Sebagai contoh bahwa beliau sangat amanah dalam suatu
riwayat dikisahkan bahwa salah seorang sahabat beliau yang bernama Abu Thalhah
pernah memberikan sebidang tanah yang subur kepada beliau tapi beliau tidak
menggunakan tanah itu dengan seenaknya, tetapi beliau mencari sanak saudara Abu
Thalhah yang berkehidupan kurang layak dan memberikan tanah itu untuk mereka,
supaya taraf perekonomian mereka meningkat. Marilah kita selaku umatnya untuk
berusaha menjadi orang yang amanah.
Yang ketiga, ” Tabligh”, sifat ini mempunyai
pengertian bahwa rasulullah selalu menyampaikan segala sesuatu yang diwahyukan
Allah kepadanya meskipun terkadang ada ayat yang substansinya menyindir beliau
seperti yang tersurat dalam surat Abbasa, dimana Rasulullah mendapat teguran langsung
dari Allah pada saat rasulullah memalingkan mukanya dari Abdullah Ummu Maktum
yang meminta diajarkan suatu perkara sama sekali tidak disembunyikan oleh
beliau. Beliaupun tidak merasa kawatir reputasinya akan rusak dengan sindiran
Allah tersebut, justru sebaliknya para sahabat tambah meyakini akan kerasulan
beliau. Marilah kita teladani sifat tabligh ini.
Yang keempat, ” Fatonah” (cerdas, intelek) adalah suatu keniscayaan untuk para nabi dan rasul karena tidak mungkin Rasulullah bisa menyampaikan wahyu yang berupa al Qur’an yang sedemikian banyaknya hingga mencapai 6.666 ayat dan 323.670 huruf tanpa ada yang salah dan keliru satupun. Jika beliau tidak mempunyai fondasi intelektual yang tinggi hal itu mustahil terjadi. Kecerdasan Rasulullah tidak hanya intelektual semata tetapi juga cerdas dari segi emosional dan spiritual. Marilah kita teladani sifat fatonah Rasulullah ini.
Yang keempat, ” Fatonah” (cerdas, intelek) adalah suatu keniscayaan untuk para nabi dan rasul karena tidak mungkin Rasulullah bisa menyampaikan wahyu yang berupa al Qur’an yang sedemikian banyaknya hingga mencapai 6.666 ayat dan 323.670 huruf tanpa ada yang salah dan keliru satupun. Jika beliau tidak mempunyai fondasi intelektual yang tinggi hal itu mustahil terjadi. Kecerdasan Rasulullah tidak hanya intelektual semata tetapi juga cerdas dari segi emosional dan spiritual. Marilah kita teladani sifat fatonah Rasulullah ini.
Hadirin rahimakumullah,
Marilah keempat sifat Rasulullah ini kita
implementasikan dalam kehidupan kita sebagai perwujudan cinta dan mahabbah kita
kepada Rasulullah dan semoga kita menjadi golongan orang yang mendapat predikat
fidunya hasanah wafil akhiroti hasanah.
Wassalamualaikum Warahmatullahi
Wabarakatuh
0 komentar:
Posting Komentar